Teropongpolitik.com - Pemilihan Umum (Pemilu) masih sangat jauh, namun berbagai lembaga survei telah merilis siapa yang paling tepat menjadi pengganti Presiden Jokowi nanti.
Berbagai tokoh Partai Politik dan kepala daerah paling banyak menghiasi hasil rilis survei berbagai lembaga survei.
Lembaga Poltracking Indonesia melakukan survei terhadap elektabilitas calon presiden tahun 2024.
Terdapat beberapa nama besar yang paling menjadi sorotan dan sesuai peringkat, yakni:
- Ganjar Pranowo
- Prabowo Subianto
- Anies Baswedan
- Ridwan Kamil
- Agus Harimurti Yudhoyono
- Sandiaga Uno
Baca Juga: Abe Ingatkan Seluruh Kader PMII Tetap Kritis dan Idealis
Selain Lembaga Poltracking Indonesia, Indostrategic juga merilis 5 nama dalam surveinya
- Prabowo Subianto
- Anies Baswedan
- Ganjar Pranowo
- Ridwan Kamil
- Sandiaga Uno
- Agus Harimurti Yudhoyono
Meskipun demikian Najmuddin M.Rasul, Ph.D. pakaran komunikasi politik Universitas Esa Unggul menilai ada beberapa faktor yang menjadi alasan seseorang untuk menjadi calon presiden.
Antara lain menurut Najmuddin seorang capres harus memiliki elektabilitas, kinerja, neworking ke partai politik dan pemasangan Islam, khususnya NU dan Muhammadiyah, kesantunan politik dan punya kemampuan komunikasi politik.
Baca Juga: Situs Pusmanas BSSN Diretas, Komisi I: Ciri Lemahnya Keamanan Siber Indonesia
"Ada beberapa faktor yg menjadi alasan seseorang Capres, pertama Elektabilitas, kedua Kinerja yang mumpuni, Neworking ke parpol dan pemasangan Islam, khususnya NU dan Muhammadiyah, Kesantunan politik, dan punya kemampuan komunikasi politik," ungkap Najmuddin M.Rasul, Ph.D. pakar komunikasi politik Universitas Esa Unggul.
Karena alasan tersebut ada tiga nama yang dinilai pantut dan layak untuk dipertimbangkan sebagai capres nanti di 2024.
"Ada tiga nama yang patut dan layak dipertimbangkan sebagai capres 2024 nanti yakni Anies, Ridwan Kamil dan Ganjar Pranowo," papar Najmuddin.
Baca Juga: LRT Jabodetabek Tabrakan di Cibubur Saat Uji Coba, Tenggat Operasional Berpotensi Molor
Meskipun nama Prabowo Subianto selalu masuk dalam survei teratas namun Najmuddin menilai hasil pemilu 2019 akan menjadi titik lemahnya 2024 nanti apalagi setelah masuk bergabung dengan pemerintahan kompetitornya.
Artikel Terkait
Kunjungi Indonesia, Konselor Chollet Tegaskan Kemitraan Strategis
Puluhan Mahasiswa Berbondong-bondong Daftar Kajian Perbandingan SBY dan Jokowi
Soal Kemenag Hadiah NU, JK Bantah Pernyataan Yaqut
Usai Bikin Geger Kemenag Hadiah Bagi NU, Yaqut Akhirnya Buka Suara
Kamhar Lakumani: Hasto Gagal Move On dan Post Truth